Inilah saatnya
melepas sepatu yang penuh kisah
meletakkan ransel yang penuh masalah
dan mandi mengusir rasa gerah
menenangkan jiwa yang gelisah
Amarah dan duka
menjadi jeladri dendam
bola-bola api tak terkendali
yang membentur diri sendiri
dan memperlemah perlawanan.
Sebab seharusnya perlawanan
membuahkan perbaikan,
bukan sekedar penghancuran.
Inilah saatnya
meletakkan kelewang dan senapan,
makan sayur urap
mengolah pencernaan,
minum teh poci,
menatap pohon-pohon
dari jendela yang terbuka
Segala macam salah ucap
bisa dibetulkan dan diterangkan.
Tetapi kalau senjata salah bicara
luka yang timbul panjang buntutnya.
Dan bila akibatnya hilang nyawa
bagaimana akan membetulkannya?
Inilah saatnya
duduk bersama dan bicara.
Sadar akan rekaman perbuatan
di dalam buku kalbu
dan ingatan alam akhirat
Menerima hidup bersama
dengan golongan-golongan yang berbeda.
Lalu duduk berunding
tidak untuk berseragam
tetapi untuk membuat agenda bersama.
Inilah saatnya
menyadari keindahan kupu-kupu berterbangan.
Bunga-bunga di padang belantara.
Lembutnya daging susu ibu.
Dan para penerus masa depan
membaca buku sejarah
mencari ilham
Inilah saatnya,
Inilah saatnya.
Ya, saudara-saudariku.
Inilah saatnya bagi kita.
Di antara empat gunung
memeluk rembulan
By : WS Rendra
Cipayung Jaya, November 2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar